Selasa, 18 Agustus 2009

Selam Pecahkan Rekor dalam Guinness Book of Records

Pemecahan rekor selam yang diikuti 2.861 penyelam di perairan Malalayang Manado dalam Guinness Book of Records menjadi kado HUT ke-64 Kemerdekaan RI.
"Menyambut HUT RI dengan rekor dunia merupakan sebuah momentum penting yang tidak bisa dilupakan seluruh masyarakat, apalagi dunia saat ini menatap bangsa Indonesia," kata Kepala Biro Humas Pemprov Sulut, Roy Tumiwa, di Manado, Minggu (16/8).

Pemecahan rekor dunia, yang disaksikan langsung kalangan The Guinness Book of Records dari London, Inggris, telah menjual potensi alam dan sumber hayati yang luar biasa dimiliki bangsa Indonesia.
Pemecahan rekor selam itu dipimpin langsung Wakil Kepala Staf Angkatan Laut (Wakasal) Moekhlas Sidiq serta disaksikan langsung Menteri Kelautan dan Perikanan Freddy Numberi.
Anggota DPRD Sulut Benny Rhamdani mengatakan, pemecahan rekor selam dunia itu patut diberi apresiasi yang tinggi menjelang HUT ke-64 Kemerdekaan RI.
"Harus ada penghargaan khusus bagi penyelenggara dan daerah yang menggelar hajatan internasional itu, karena sudah mengharumkan nama bangsa Indonesia," kata personel Fraksi PDI-P itu.
Pemecahan rekor selam di Pantai Malalayang dengan catatan waktu 31 menit itu dilakukan tepat pukul 10.00 WITA dengan diikuti 2.861 orang, termasuk 51 partisipan dari mancanegara dan 35 orang VIP sudah berada di laut.
Pemecahan rekor yang disaksikan puluhan ribu orang dari pantai Malalayang itu, turut dijaga secara ketat empat KRI, yakni KRI Surabaya, KRI Nusa Utara, KRI Soeharso, dan KRI Soputan.

Gletser di Kutub Meleleh Semakin Cepat

Salah satu dari lapisan es terbesar atau gletser di Antartika menipis empat kali lebih cepat dibandingkan sepuluh tahun silam. Penelitian dari pengukuran satelit terbaru di Pulau Pine di kawasan barat Antartika menunjukan, permukaan es terus meleleh hingga 16 meter per tahun.

Sejak 1994, gletser telah menipis hingga 90 meter, yang mengakibatkan peningkatan permukaan air laut. Hasil penelitian ilmuwan Inggris ini ditulis dalam edisi terbaru Jurnal Geofisika. Tim ini dipimpin oleh Profesor Duncam Wingham dari Universitas College London(UCL).

Perhitungan ini berdasarkan ukuran lelehan sejak 15 tahun lalu yang sempat disebut gletser ini bisa bertahan hingga 600 tahun. Tapi data terbaru menunjukan kalau gletser terbesar di kawasan ini hanya akan bertahan 100 tahun lagi. Tingkat penipisan terjadi lebih cepat di pusat gletser dan menimbulkan kekhawatiran jika proses ini berlanjut, maka gletser akan pecah dan mulai mempengaruhi lapisan es tersisa di kawasan ini.

Salah satu penulis dalam Jurnal ini Profesor Andrew Shepherd dari Universitas Leeds mengatakan, lelehan itu akan menambah ketinggian air laut sekitar 3 cm. ”Tapi es tersebut terperangkap di belakang sekitar 20-30 cm dari ketinggian laut. kami tidak tahu apa yang terjadi terhadap es di baliknya”, ujarnya, Jumat (14/8). ”Ini belum pernah terjadi sebelumnya di kawasan Antartika. Kami telah mengetahui kalau wilayah itu sudah kehilangan keseimbangan sejak beberapa waktu lalu, tapi tidak menduga akan kehilangan dalam jumlah yang besar seperti itu.”

Gletser di Pulau Pine selama ini menjadi subyek penelitian dalam beberapa tahun ini di tengah ketakutan keruntuhan bongkah es akan menyebabkan disintegrasi di lapisan es kawasan barat Antartika. Sebelumnya, Profesor jason Box dari Universitas Ohio, menyatakan terkejut dengan sedikitnya jumlah es yang mereka temukan di Selat Nares, antara Greenland dengan Kanada. Dia juga telah memasang kamera otomatis untuk memantau Gletser Peterman yang besar. Belahan baru yang besar tengah diobservasi dan diperkirakan sejumlah besar bagian belahan itu akan pecah dalam waktu dekat.

Prof Box mengatakan, komunitas ilmuwan sangat terkejut terhadap bagaimana sensitifnya lapisan es ini terhadap perubahan iklim. ”Pertama gletser di Greenland selatan dan sekarang ketika kami bergerak lebih jauh ke utara, kami menemukan hal serupa. Ini seperti membuka tutup botol!” tegasnya

Artik Juga Mulai Menipis

Puluhan ribu kilometer persegi es di laut Arktik meleleh, Minggu (9/8). Dengan mengamati melalui satelit, para ilmuwan memperkirakan luas lapisan sekarang adalah yang tersempit.

Peneliti kawakan Eddie Gruben menyaksikan es yang meleleh semakin luas per dekade. Pengamatan dilakukan sekitar 2.414 kilometer di utara Seattle, AS. Akhir pekan lalu, tepi es tinggal berjarak 128 kilometer menjorok ke laut dan menurut Gruben (89 tahun), 40 tahun lalu, tepi es menjorok 64 kilometer lebih jauh ke laut.

Rata-rata temperatur global naik 0,6 derajat celsius pada abad lalu, tetapi suhu Arktik naik jauh lebih cepat. Pada akhir Juli lalu, suhu naik hingga 30 derajat celsius. “Airnya amat hangat, anak-anak bisa berenang di laut,” ujar Gruben.

Daerah tersebut merupakan permukiman suku Inuvialuit—sebutan untuk bangsa Eskimo Arktik bagian barat. Kamis (6/8), Pusat Data Nasional AS untuk Salju dan Es menyebutkan, sekitar 106.000 kilometer persegi es meleleh pada suatu hari bulan Juli. Ini ekuivalen dengan luas Indiana. Tingkat melelehnya es ini sama dengan peristiwa Juli 2007.

Dari laporan kantor meteorologi di Colorado, kondisi atmosfer sekarang mirip dengan tahun 2007 yang ditandai dengan langit yang amat cerah. Ketika itu, es di Laut Beaufort di utara Arktik juga meleleh.

Rabu, 20 Mei 2009

Ekosistem Laut

Ekosistem laut adalah kumpulan organisme di dalam laut yang saling berinteraksi satu sama lain. Organisme laut ini bisa berupa hewan atau tumbuhan. Ekosistem laut dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti iklim, keadaan geologi dan kedalaman laut.
Dalam ekosistemlaut, semua organisme yang hidup membentuk suatu rantai makanan. Namun, karena ulah manusia, seperti pencemaran dan perburuan hewan laut, ekosistem laut menjadi terancam. kerusakan ini dapat mengakibatkan punahnya berbagai jenis organisme laut.


Pertahanan hidup
Hewan-hewanlaut memiliki cara terseniri untuk berburu dan mengelabuhi musuh. Mereka berevolusi sehingga memiliki cara ataupun organ tubuh yang dapat digunakan untuk bertahan hidup. Sejumlah jenis ikan misalnya, menggunakan warna tubuhnya agar dapat tersamar diantara karang.
Inilah bentuk dari penyamaran ikan diatas sebuah karang dilakukan untuk mengelabui lawannya.

Terumbu karang
terumbu karang adalah sekumpulan hewn karang yang bersimbiosis dengan tumbuhan alga (tumbuhan ganggang). Kumpulan hewan ini memiliki bentuk yang sangat beragam.
Di terumbu karang inilah ikan-ikan laut berkembang biak. Karena itu, kerusakan terumbu karang bisa mengakibatkan berkurangnya jumlah ikan, termasuk ikan yang sering dikonsonsi oleh manusia.
Ini adalah gambar kerusakan karang.

Kamis, 14 Mei 2009

KERUSAKAN ALAM AKIBAT ULAH MANUSIA


Perubahan iklim, global warming, memang jadi materi yang tak ada habisnya untuk dibahas. Lihat saja bagaimana tak menentunya iklim saat ini. Apakah ini pengaruh alam yang sedang bergolak atau adakah pengaruh manusia di dalamnya?
Hasil penelitian terbaru dari NASA menunjukan perbuatan manusia dalam kaitan dengan perubahan iklim telah memberi dampak yang sangat luas terhadap sistem alam, termasuk pencairan lapisan es, mekarnya tanaman lebih cepat di Eropa, dan turunnya produktivitas danau di Afrika. Penelitian yang dilakukan oleh Cynthia Rosenzweig dari NASA’s Goddard Institute for Space Science di New York beserta para peneliti dari 10 institusi yang berbeda ini mencoba membuat hubungan dampak secara fisik maupun biologi yang terjadi sejak tahun 1970 bersamaan dengan meningkatnya temperatur sepanjang periode tersebut. Hasilnya, pemanasan yang terjadi secara luas memang berasal dari dampak ulah manusia di seluruh Bumi.

Penelitian ini merupakan yang pertama kali untuk mempelajari hubungan antara set data temperatur global yang ada, hasil model iklim, dan melakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi dalam skala luas terhadap sistem fisis dan biologi untuk menunjukan keterkaitannya antara aktivitas manusia, iklim dan dampaknya.

Hasil pengamatan menunjukan, ada hubungan antara perbuatan manusia dengan perubahan iklim dan pengamatan terhadap dambak di Bumi juga menunjukan kebenaran yang sama dalam skalan kontinental, umumnya di Amerika Utara, Eropa dan Asia.Untuk sampai pada kesimpulan hubungan tersebut, dilakukan analisa database lebih dari 29 000 seri data yang didapat dari hasil pengamatan terhadap dampak yang terjadi di sistem alam di Bumi. Data tersebut dikumpulkan dari 80 studi dalam rentang 20 tahun dari 1970 -2004. Dampak yang diamati dalam penelitian ini adalah perubahan dalam sistem fisis sperti glacier yang makin menipis, pencairan dataran es, dan makin hangatnya danau dan sungai. Akibat lainnya juga terjadi pada sistem biologi, seperti daun yang kembali muncul dan bunga yang bermekaran lebih cepat, burung-burung tiba lebih cepat dalam periode migrasi, serta tumbuhan dan hewan yang berpindah dari kutub ke kutub dalam jumlah yang lebih besar. Dalam lingkungan yang kaya air seperti lautan, danau dan sungai, plankton dan ikan juga mulai bergeser dari kondisi adaptasi dingin kini harus bisa beradaptasi dengan air yang lebih hangat.

Mengenai kerusakan-kerusakan alam ini Allah telah memperingatkan yang telah tercamtum dalam Kitab Suci Al Quran pada surat Ar-Rum (30): 41, dan itu telah disampaikan 14 abad yang silam, yang antara lain berbunyi : "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)"

Dalam skala global, 90% hasil pengamatan menunjukan adanya perubahan dalam sistem fisis dan biologi secara konsisten terhadap menghangatnya Bumi. Hal lainnya, perubahan tanah yang juga berubah dari penggunaan hutan ke pertanian ternyata membawa dampak lain. Pada akhirnya kesimpulan yang bisa diambil, manusia memang jadi salah satu faktor penting dalam perubahan iklim yang sedang terjadi di Bumi. Pengaruh itu terjadi lewat peningkatan emisi gas rumah kaca , dan itu terjadi secara global di Amerika, Eropa dan Aisa. Di beberapa benua termasuk Afrika, Amerika Selatan dan Australia, hasil dokumentasi dari pengamatan terhadap perubahan yang terjadi dalam hal fisik dan biologi masih jarang terhadap kaitan pemanasan global tersebut sebagai akibat dari ulah manusia. Masih dibutuhkan pengamatan dan penelitian lebih lanjut untuk benua-benua tersebut untuk mendapatkan hasil yang lebih pasti, karena penelitian disana masih kurang.

Apapun itu mari kita mulai dari diri kita setidaknya untuk membuat lingkungan disekitar kita jadi lebih nyaman untuk dihuni. Semoga bumi dan alam ini masih bisa lama dinikmati oleh kita dan anak cucu kita nanti. Ingat saudara kelangsungan alam ini tergantung apa yang kita lakukan untuk alam ini. Save The World....!!!!!!

Jumat, 08 Mei 2009

Jalan Porong Tenggelam, Muncul Jalan Semanggi


Bencana mengubah wajah wilayah. Itulah yang terjadi di wilayah sekitar lokasi bencana lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Luberan lumpur panas yang tepat berlangsung tiga tahun pada 26 Mei nanti itu sudah menenggelamkan kawasan seluas 700 hektare.

Tak hanya menggerus daratan, lumpur yang beratnya ribuan ton dan terus bertambah menyebabkan penurunan tanah (land subsidence) pada radius yang luas. Para ahli geologi memprediksi, sekalipun semburan berhenti, akan terbentuk lengkungan tanah dengan radius sekitar 1,5 kilometer. Dengan radius seluas itu, otomatis tiga jaringan infrastruktur yang ada, yakni jalan tol, jalan nasional (arteri Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan), serta rel kereta api akan tenggelam.

Saat ini yang tidak berfungsi sejak awal bencana -tepatnya pada 22 November 2006- adalah jalan tol Surabaya-Gempol kilometer 37 hingga 40. Sekujur ruas tol yang panjangnya sekitar 2,5 km itu sudah hilang ditelan lumpur. Padahal, kendaraan yang melintas pada jalur itu mencapai 39 ribu unit per hari.

Akibat terputusnya jalan tol tersebut, ruas jalan nasional Sidoarjo-Gempol mengalami kemacetan luar biasa karena padatnya kendaraan yang melintas. Diprediksi, kondisi jalan arteri ini tidak bertahan lama karena sudah tak mampu lagi menanggung beban kendaraan dan barang yang melintas di atasnya.

Karena beriringan dengan jalan arteri, kondisi rel kereta api juga tidak lebih baik. Beberapa kali bantalan rel KA ditinggikan, tapi itu hanya solusi sementara. Sebab, beberapa kali air rembesan dari lumpur kembali merendam jalur selatan kereta api.

Karena itu, jalur mobilitas manusia dan barang dari Surabaya ke wilayah Jawa Timur sisi timur dan selatan lewat Porong harus berpindah.

Kapokja relokasi infrastruktur Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Sumino mengatakan, upaya menyambung "urat nadi" Jawa Timur sudah dilakukan. Bahkan, pembangunan relokasi jalan arteri dan jalan tol pengganti Porong dimulai sejak 12 Juli 2008 dan ditargetkan selesai pada 2010. Pada awal proyek ditetapkan, BPLS wajib merampungkan relokasi arteri Porong dengan panjang 7,1 km yang terdiri atas dua jalur dengan lebar masing-masing sisi 10 meter. Sedangkan pembangunan jalan tol pengganti sepanjang 10,1 km dilakukan PT Jasa Marga. BPLS membantu pembebasan lahan. Jalan tol itu berada di tengah-tengah jalur arteri Porong.

Dari pantauan koran ini di lapangan kemarin (7/5), jembatan yang dimulai dari Desa Carat, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, di sisi selatan Kali Porong sudah menyambung dengan sisi utara Kali Porong di Desa Kebonagung, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Jarak jembatan tol dengan arteri baru dari Jembatan Kali Porong sekitar 2-3 km arah barat.

Pembangunan lain yang dimulai pada Senin (4/5) adalah arteri di Desa Wunut, Kecamatan Porong, Sidoarjo. Lokasinya di dekat jalan tol Tanggulangin km 35,885. Saat ini, lanjut Sumino, sedang dilakukan penguatan jalan kabupaten dan proteksi pipa besi. "Tujuannya jalan dan pipa tidak rusak saat truk pembawa material masuk ke lokasi pembangunan jalan," jelas Sumino.

Setelah dilakukan penguatan jalan, akan dibangun detour (jalan pembantu) untuk akses truk pembawa material. Lokasinya di tepi seiring jalan tol. "Semua dilakukan untuk memudahkan dimulainya pembangunan," jelasnya.

Dari konsep jalan yang dipaparkan BPLS, jalan arteri baru dan tol pengganti akan dibuat dengan kualitas terbaik. Jalan arteri berbelok ke kanan (jika dari arah Surabaya) mulai titik lintasan kereta api yang bersilang dengan jalan arteri lama di Desa Kalitengah, Kecamatan Tanggulangin (lihat peta di halanan 16, Red). Belokan arteri baru itu akan bertemu ruas jalan tol Surabaya-Gempol di km 35,885 yang terletak di Desa Ketapang dan jalur rel KA baru yang dibangun mulai dari Keluarahan Sidokare, Kecamatan Sidoarjo.

Dalam satu ruas jalan, mulai dari tol km 35,885 hingga exit di Desa Carat, Gempol, terdapat dua jalur arteri, satu ruas tol, dan satu jalur KA. Di sepanjang ruas itu akan dibangun beberapa exit, termasuk ke pusat tas dan koper di Desa Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo. "Dari ilustrasi yang kami buat, kombinasi jalur keluar itu bisa berbentuk seperti semanggi. Ini tak kalah dengan Bundaran Semanggi di Jakarta," ujar Humas BPLS Achmad Zulkarnaen.