Jumat, 08 Mei 2009

Jalan Porong Tenggelam, Muncul Jalan Semanggi


Bencana mengubah wajah wilayah. Itulah yang terjadi di wilayah sekitar lokasi bencana lumpur Lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur. Luberan lumpur panas yang tepat berlangsung tiga tahun pada 26 Mei nanti itu sudah menenggelamkan kawasan seluas 700 hektare.

Tak hanya menggerus daratan, lumpur yang beratnya ribuan ton dan terus bertambah menyebabkan penurunan tanah (land subsidence) pada radius yang luas. Para ahli geologi memprediksi, sekalipun semburan berhenti, akan terbentuk lengkungan tanah dengan radius sekitar 1,5 kilometer. Dengan radius seluas itu, otomatis tiga jaringan infrastruktur yang ada, yakni jalan tol, jalan nasional (arteri Surabaya-Malang dan Surabaya-Pasuruan), serta rel kereta api akan tenggelam.

Saat ini yang tidak berfungsi sejak awal bencana -tepatnya pada 22 November 2006- adalah jalan tol Surabaya-Gempol kilometer 37 hingga 40. Sekujur ruas tol yang panjangnya sekitar 2,5 km itu sudah hilang ditelan lumpur. Padahal, kendaraan yang melintas pada jalur itu mencapai 39 ribu unit per hari.

Akibat terputusnya jalan tol tersebut, ruas jalan nasional Sidoarjo-Gempol mengalami kemacetan luar biasa karena padatnya kendaraan yang melintas. Diprediksi, kondisi jalan arteri ini tidak bertahan lama karena sudah tak mampu lagi menanggung beban kendaraan dan barang yang melintas di atasnya.

Karena beriringan dengan jalan arteri, kondisi rel kereta api juga tidak lebih baik. Beberapa kali bantalan rel KA ditinggikan, tapi itu hanya solusi sementara. Sebab, beberapa kali air rembesan dari lumpur kembali merendam jalur selatan kereta api.

Karena itu, jalur mobilitas manusia dan barang dari Surabaya ke wilayah Jawa Timur sisi timur dan selatan lewat Porong harus berpindah.

Kapokja relokasi infrastruktur Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) Sumino mengatakan, upaya menyambung "urat nadi" Jawa Timur sudah dilakukan. Bahkan, pembangunan relokasi jalan arteri dan jalan tol pengganti Porong dimulai sejak 12 Juli 2008 dan ditargetkan selesai pada 2010. Pada awal proyek ditetapkan, BPLS wajib merampungkan relokasi arteri Porong dengan panjang 7,1 km yang terdiri atas dua jalur dengan lebar masing-masing sisi 10 meter. Sedangkan pembangunan jalan tol pengganti sepanjang 10,1 km dilakukan PT Jasa Marga. BPLS membantu pembebasan lahan. Jalan tol itu berada di tengah-tengah jalur arteri Porong.

Dari pantauan koran ini di lapangan kemarin (7/5), jembatan yang dimulai dari Desa Carat, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, di sisi selatan Kali Porong sudah menyambung dengan sisi utara Kali Porong di Desa Kebonagung, Kecamatan Porong, Kabupaten Sidoarjo. Jarak jembatan tol dengan arteri baru dari Jembatan Kali Porong sekitar 2-3 km arah barat.

Pembangunan lain yang dimulai pada Senin (4/5) adalah arteri di Desa Wunut, Kecamatan Porong, Sidoarjo. Lokasinya di dekat jalan tol Tanggulangin km 35,885. Saat ini, lanjut Sumino, sedang dilakukan penguatan jalan kabupaten dan proteksi pipa besi. "Tujuannya jalan dan pipa tidak rusak saat truk pembawa material masuk ke lokasi pembangunan jalan," jelas Sumino.

Setelah dilakukan penguatan jalan, akan dibangun detour (jalan pembantu) untuk akses truk pembawa material. Lokasinya di tepi seiring jalan tol. "Semua dilakukan untuk memudahkan dimulainya pembangunan," jelasnya.

Dari konsep jalan yang dipaparkan BPLS, jalan arteri baru dan tol pengganti akan dibuat dengan kualitas terbaik. Jalan arteri berbelok ke kanan (jika dari arah Surabaya) mulai titik lintasan kereta api yang bersilang dengan jalan arteri lama di Desa Kalitengah, Kecamatan Tanggulangin (lihat peta di halanan 16, Red). Belokan arteri baru itu akan bertemu ruas jalan tol Surabaya-Gempol di km 35,885 yang terletak di Desa Ketapang dan jalur rel KA baru yang dibangun mulai dari Keluarahan Sidokare, Kecamatan Sidoarjo.

Dalam satu ruas jalan, mulai dari tol km 35,885 hingga exit di Desa Carat, Gempol, terdapat dua jalur arteri, satu ruas tol, dan satu jalur KA. Di sepanjang ruas itu akan dibangun beberapa exit, termasuk ke pusat tas dan koper di Desa Kedensari, Tanggulangin, Sidoarjo. "Dari ilustrasi yang kami buat, kombinasi jalur keluar itu bisa berbentuk seperti semanggi. Ini tak kalah dengan Bundaran Semanggi di Jakarta," ujar Humas BPLS Achmad Zulkarnaen.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar